Kamis, 20 Mei 2010

OWW…SEPUPU TOCH!!!

OWW…SEPUPU TOCH!!!
Setitik cahaya yang terpancar dari celah-celah jendela kamarku,suara gemerisik yang mengganggu telingaku,dan hawa panas yang mulai merasuki badanku.Rasanya belum cukup 5 jam aku merebahkan badanku dan akhirnya matahari pagi sudah nampak dan menyapaku.
Hari yang menegangkan bagiku, hari yang agak beda dibanding biasanya. Tiga tahun aku menuntut ilmu di tingkat kedua dalam proses menuntut ilmu dan inilah penentuannya. Aku bergegas menuju kamar mandi dan setelah itu aku bersiap-siap dan tidak lupa sarapan dan meminta restu kepada orang tua agar aku bisa menghadapi soal-soal dengan mudah dan sebelumnya tidak lupa berdoa kepada Sang Pencipta.
Rasa tegang dan senang tercampur dan semakin mengacau hatiku. Rasa tegang muncul karena takut dengan soal-soal dan rasa senang timbul karena inilah akhir dari perjuanganku selama di SMP (Sekolah Menengah Pertama) kalau pun lulus.
Gerbang besi sekolahku sudah nampak di depan mataku dan dinding tembok hijau campur putih sudah menghadangku. Aku menuju ke ruang guru untuk melihat daftar nama-nama pengawas ruangan.
Tiba-tiba , di samping pintu berdiri seorang pria yang agak asing bagiku dan yang untuk pertama kalinya aku lihat. Dia tinggi dan memiliki mimik wajah yang serius dan menakutkan. Aku terdiam dan teringat dengan kata bapak kepala sekolah kalau ada pengawas dari polisi yang mengawasi ujian. Oh…!!! Mungkin dia lah yang dimaksud, pikirku.
Suara yang agak keras tiba-tiba mengganggu telingaku dan memanggilku. “ Nanni, kamu lihat ruangan ini, kotor begini. Cepat cari sapu dan bersihkan. Kalau tidak kamu tidak akan lulus ujian “ katanya. Setelah mendengar perkataannya itu, aku terdiam lagi dan heran. Aku berpikir kenapa dia bisa tahu namaku dan anehnya dia menyebut nama sapaan akrabku, seolah-olah dia sudah mengenalku.
Aku berkata, “ha!!! Nanni, kok Anda bisa tahu namaku Anda siapa?”. Wajahnya yang tadinya menakutkan tiba-tiba menjadi tenang dipandang. Dia tersenyum melihat mimik wajahku yang keheranan, seolah-olah dia menganggapku orang bodoh.
Sungguh aneh tapi nyata. Benar-benar mengherankan. Hingga sampai aku selesai membersihkan rungan itu dia masih tetap bertahan di tempatnya itu. Sungguh menjengkelkan, aku masih penasaran dengan dia . “Anda sebenarnya siapa sih? Sok kenal banget! Anda polisi yah?” tanyaku.
Untuk yang kedua kalinya aku seperti orang bodoh. Kalau tadi dia hanya tersenyum, kali ini dia menertawaiku. Sungguh pria yang menjengkelkan yang aku temui di hari pertama ujianku. Dari setengah tujuh jarum jam berpindah menunjukkan jam tujuh. Aku melihat sudah banyak temanku yang datang. Aku juga melihat ada dua orang temanku yang dipanggil ke ruang guru untuk membersihkan ruangan tersebut. Dengan santai aku duduk di sebuah kursi dan mengingat-ingat kembali pelajaran yang telah aku pelajari sebelumnya.
Tiba-tiba suara itu ada lagi, terdengar lagi di telingaku. Benar-benar pria yang menjengkelkan. Apakah dia seorang polisi, apakah dia seorang guru, ataukah memang dia seorang yang suka nyuruh-nyuruh, terlintas beberapa pikiran tentang orang menjengkelkan itu.
Aku berjalan menuju ke sampingnya dan apa yang aku kira benar-benar terjadi. Aku di suruh lagi membantu kedua temanku untuk membersihkan ruangan itu.
Dengan pelan-pelan aku melangkahkan kakiku berlari keluar dari ruangan dan dia mengejarku dan menangkapku dan menyuruh aku untuk menyapu yang kedua kalinya, “dasar pemalas!” dia berkata seperti itu seolah-olah dialah yang berkuasa di tempat itu. “Akukan sudah tadi!” seruku dengan agak kesal. Kemudian dia berkata lagi,”baru gitu aja,sudah malas. Ruangan itu belum bersih kamu langsung pergi.”
“Ruangan sudah bersih seperti itu kok masih dibilang tidak bersih. Aku ke sini untuk ujian bukan untuk menyapu!” kataku dengan kesal. Akhirnya, dia menyerah dan tersenyum dan menyuruhku untuk pergi. “Ya sudah kamu bisa pergi!”
Aku heran dengan orang aneh itu dia masih muda kok suka banget nyuruh-nyuruh orang.Anehnya lagi di antara banyak siswa hanya aku yang disuruh. Seribu pertanyaan muncul di benakku.
Dan pada akhirnya,dia cerita kepadaku bahwa dia memang sudah mengenalku. Dia bukan polisi dan bukan juga pengawas. Dia akrab dengan kepala sekolahku sehingga dia diberi pekerjaan oleh kepala sekolahku sebagai staf tata usaha di sekolahku itu. Katanya, ini hari pertama dia masuk di sekolahku. Dan dia ternyata adalah sepupuku. Oww…ternyata sepupu tochhh!!!!

HARUSKAH BEGINI???

________________________________________
HARUSKAH BEGINI???
Malam itu aku terasa sangat sulit untuk menutup mataku, aku teringat masa lalu ku dan aku juga ingat pada mamaku tercinta, malam itu aku tak bisa menahan rasa sedihku dan air mataku pun jatuh, aku mengingat masa kecil ku yang begitu indah dan bahagi. Waktu kecil aku masih punya mama tercinta punya kasih sayang dari semua orang dan masih dapat dibanggakan. Sewaktu SD aku menjadi siswa teladan di sekolahku, aku jadi kebanggaan semua orang.
Setiap pembagian Raport aku selalu membawa senyuman bahagia pulang ke rumah dan melompat-lompat di jalan sambil kegirangn seolah semuanya akan berlangsung lama. Sesampainya di rumah aku pun disambut senyuman bahagia dari kakekku.
“Selamat cucuku” kata kakekku sambil mengulurkan tangannya.
“terima kasih kakek” kataku sambil membalas uluran tangannya.
Walaupun dia belum tahu bahwa aku mendapat peringkat berapa tetapi dia dapat melihat senyum bahagia yang menjadi bekal ku pulang ke rumah pada saat itu. Aku bahagia aku mendapat senyuman bahagia dari keluargaku apalagi setelah ibu tahu dia pun bahagia dan ini menyempurnakan kebahagiaanku pada saat itu. A’baku sangat bangga padaku, kulihat kebahagiaan keluargaku terlebih kedua orang tuaku,
Namun pada saat itu aku tak dapat sering untuk curhat pada ibuku karena aku berpisah dengan ibuku, dan aku pun hanya dapat bertemu ibuku 2-3 kali dalam setahun, a’baku yang tersayang selalu membawa ku untuk bertemu dengan ibuku. Sejak umur 1 tahun 4 bulan aku dipisahkan dengan ibuku aku tinggal bersama dengan nenek ku (orang tua ayahku) sedangkan mama ku tinggal bersama orang tuanya yang tak lain mereka nenekku juga. Karena ibuku pada saat itu tidak dapat mengurusku karena dia sakit (lumpuh) tetapi adik ku tetap bersamanya. Ibuku sakit dan menderita selam 7 tahun lamanya dan a’baku tetap setia dan berharap ibuku dapat sembuh dan kami pun berkumpul bersama dalam sebuah rumah, tetapi harapan itu tidak terwujud karena ibuku meninggal dunia tepat tanggal 21 Desember 2001 pada saat itu aku berumur sekitar 7 tahun 3 bulan. Jadi dari dulu aku tak pernah merasakan rasanya memiliki seorang ibu, aku haus akan kasih sayang seorang ibu, aku sering sedih jika aku melihat seorang anak yang dicium dan dipeluk oleh ibunya apalagi saat temanku menceritakan sosok ibunya, aku terasa hancur.
Setahun kemudian a’baku pun menikah dengan seorang wanita pilihan pamanku (saudara ibuku) yang tak lain dia adalah keluarga. Malangnya nasibku, mempunyai ibu tiri. Tuhan aku tak pernah menyangka bahwa aku akan punya seorang ibu tiri. Dan Alhamdulillah ibu tiri ku itu baik dan dia pun sangat sayang pada aku dan adikku. Tetapi, aku merasa rasa punya ibu sekarang ini tidaklah sempurna karena aku belum mendapat pelukan hangat seorang ibu yang sangat indah, karena aku malu untuk memeluknya, dari dulu hingga kini aku selalu malu pada ibu tiriku itu tak tau kenapa, dan sepertinya dia juga malu pada ku. Sehingga kami kurang akrab.
Dari kelas satu hingga kelas enam semester 1 aku selalu menjadi siswa yang juara di kelas. Guru, keluarga, teman-teman terlebih a’baku sangat bangga padaku tapi setelah penentuan kelulusan Alhamdulillah aku LULUS tapi aku bukan lagi jadi juara aku tidak lagi menggenggam peringkat 1 itu, aku mendapat peringkat ke-tiga aku sangat sedih, aku seakan tak punya harapan. Dan mulai saat itu aku terus menurun, terlebih di SMP aku tidak sama sekali menggenggam peringkat satu itu aku bahkan pernah keluar dari 10 besar namun Alhamdullillah aku berada di kelas unggulan. Dan saat penerimaan Raport aku pulang tidak dengan kebahagiaan dan pulang dengan tangisan yang bukan dengan tangisan kebahagiaan tapi tangisan rasa sakit, perih , dan pedih di hati ku dan tak ada lagi lompat-lompat kegirangan sambil menggenggam Raport yang ada hanyalah memandangi kerikil-kerikil jalan. Sesampaiku di rumah aku menangis. Namun aku tak memperlihatkan wajah sedih itu ke keluargaku. Dan aku berkata kepada a’baku :
“A’ba aku gagal!!!” kataku sambil menangis
“tidak apa-apa!!!” katanya dengan mmberiku motivasi dan semangat baru.
Aku sangat sedih karena aku gagal aku pun tak dapat menahan air mataku dan aku pun menangis di pelukan a’baku yang seharusnya berada di pelukan seorang ibu.
Dan aku pun LULUS SMP dan segera masuk di SMA dan Alhamdulillah aku melihat senyum bahagia dari a’baku dan keluargaku karena aku masuk ke sekolah terfavorit di daerahku dengan menyandan sebagai siswa bebas tes. Rasa bangga dan bahagia yang telah lama hilang kini berada dalam genggamanku, rasa bahagia dari a’baku yang membuatku tersenyum sambil meneteskan air mata haru. Namun, saying kebahagiaan yang kurasakan tidak begitu sempurna karena tidak ada lagi ibu tercinta.
“kamu anakku yang harus bisa nantinya membahagiakanku” kata a’baku yang penuh semangat.
“Ia. Aku harus membahagiakanmu a’ba” kataku sambil menahan air mata haru yang akan membasahi pipiku.
Aku akan membahagiakan a’baku, aku akan mewujudkan citi-citanya terhadapku. Dia adalah a’ba sekaligus ibu buat ku walaupun ibu tiriku juga saying pada ku tapi aku masih merasakan masih ada yang kurang.
Beberapa bulan aku duduk di bangku SMA aku diberi laptop oleh a’baku karena dia melihat terlalu banyak tugas-tugas ku yang membutuhkan computer. Walaupun sebelumnya aku ingin minta computer tapi computer biasa, namun aku takut mengatakan permintaan itu ke a’baku tapi sebelum aku mengatakan permintaan itu ke a’baku dia pun memberi laptop kepadaku aku sangat senang karena a’baku sangat mengerti aku. Aku berjanji akan merawat laptop itu bukan karena mahalnya tapi karena pemberian dari a’baku. Orang yang sangat aku sayangi.
Waktu SMP aku pernah berpikir, a’baku tak pernah mengerti aku. Aku seakan hilang dari rasa sayang nya, tapi kini a’baku sangat saying padaku dia sangat bertanggung jawab dengan janjinya pada alm. Ibuku bahwa sebelum ibuku meninggal dunia dia menitip pesan “ jaga anak kita, sayangi mereka” a’baku pun sangat menepati janjinya, dia telah menjadi ayah yang hebat buat ku.
Dan aku akan membahagiakannya aku akan mewujudkan cita-citanya terhadapku, dan aku akan selalu menjaganya. Aku pun selalu berdo’a pada Allah,
“ Ya Allah sayangilah a’baku”
“ Lindungilah dia”
“ Dan jagalah dia selalu”
Dan buat ibu ku di surga akan selalu kucinta selamanya. Dan cintaku hanya untuk Allah, mama, a’ba, keluarga, dan orang-orang yang menyayangiku. Rasa cinta ini tak akan pernah luluh sampai kapan pun, dan akhirnya aku pun menutup mataku yang berlinang air mata untuk tidur.













________________________________________

Senin, 17 Mei 2010