Rabu, 09 Desember 2015

Surat untuk tempat dan kalian yang selalu kurindu


4 September lalu kalian memberiku hadiah yang sangat spesial yang tidak akan saya dapatkan di tempat lain..
bukan kuenya.. tapi perhatian kalian..
senyum yang merekah untukku
itu hadiah ulang tahunku yang sudah terlewat dua hari
aku tahu kalian hanya menunggu celah waktu karena kesibukanku mengurus kerberangkatan KKN k

kalian tidak tahu betapa ku tersiksa oleh rindu
rindu mendengar dan menyaksikan tawa kalian
ocehan kalian yang selalu membuatku bisa melupakan setiap masalah yang ku punya.

rumah kita..
aku merindukan kehangatan yang ada di dalamnya..

sebulan ber KKN, aku sempat mengunjungi kalian
tahukah?
perasaanku saat itu begitu senang
karena telah memecahkan tabungan rindu itu

kalian menyambutku dengan hangat
senyum kalian..
wajah heran kalian karena melihatku
menanyakan kabar
aku sangat senang dngan itu

sekarang 2 bulan telah berlalu
tak mengunjungi rumah kita
maaf, mungkin aku terlalu sibuk
tapi harus kalian tahu
bahwa kalian, canda kalian dan tawa kalian selalu terngiang dengan jelas..

aku rindu kebersamaan saat belajar bersama
kalian selalu menginspirasi setiap detik kehidupanku
semangat kalian belajar
membuatku juga bersemangat belajar

beberapa hari yang lalu
KKN ku sudah usai
pikirku dengan beristirahat sejenak di kampung halaman bisa membuatku bugar  kembali sebelum menjalani rutinitas di Kampus.

tapi...
ternyata TIDAK!!

di sini aku terpenjara dalam sepi
aku bukan diriku
aku bukan Nurma yang asli
di sini aku bermalas-malasan
tak ada semangat sama sekali

kalau dulu selalu bersemangat bangun pagi untuk ke rumah kita
di sini.. sekarang ini.. aku tak memiliki tujuan

beberapa hari lagi aku akan bebas dari tahanan sepi ini
kita akan bertemu
bercanda dan tertawa bersama-sama
apa kalian juga punya tabungan rindu untukku?
kalau ada
mari kita memecahkannya bersama

untuk sebuah tempat dan kalian yang selalu ku rindu
@my Family Labkommat

Jumat, 25 September 2015

Yang Hilang



Pagi selalulah menyambut
Pagi selalu ada
Pagi selalu datang
Pagi juga selalu indah
Tapi, kemana dirimu anak malang?
Yang hilang dirimu kah?
atau
Yang hilang dhuhamu?
Tentang janji-janji yang pernah dikatakan olehmu
Janji karena kesyukuran nikmat
Janji karena rasa terharumu
Dengan apa yang telah Allah berikan
Tapi kini..
Sepertinya kesibukan benar-benar telah menjadi sahabat sejatimu
Sepertinya BUKAN.
Kemalasanlah yang sesungguhnya
Jangan mencari alasan
Sekali lagi jangan cari alasan konyol.
Luangkanlah waktu sedikit saja untukmu melaksanakannya
Melaksanakan dhuha yang selalu memberikanmu ketenangan.

Sabtu, 04 April 2015

Udara #2

Assalamualaikum
Part_5

Beberapa hal saya juga curhat pada A’ba dan ia marah karena keputusan ku yang sangat bodoh yang sangat kekanak-kanakan. Kenapa seperti anak kecil?, masa hanya dibilangi perkataan begitu langsung niat tinggalkan lab, katanya. Selama ini a'ba tahu persis kalau saya betapa bahagianya hidup di lab. Lab sudah menjadi rumah kedua buat saya. Waktu saya lebih lama di lab jika dibandingkan di kos sendiri. Maafkan saya. Saya hanya takut dengan kata “tidak tahu malu” ketika saya mencoba membuka lembaran baru dan lembaran lama harus benar-benar dibakar. Banyak saran yang menghampiri saya dan A’ba mengatakan anggap saja tidak terjadi apa-apa dan lupakan semuanya beraktivitas seolah tidak ada yang pernah terjadi. Bukan hanya A’ba yang menawarkan solusi itu tetapi juga kakak-kakak yang sudah benar-benar menjad kakak yang nyata buat saya. Terima kasih masukan dari kakak-kakak yang terbaik dari A’ba yang sangat saya sayangi. Terima kasih.
Namun, perasaan malu tak juga pergi menjauh, rasa malu itu masih sangat senang melekat pada sebongkah daging yang mereka sebut hati. Kalimat yang terngiang-ngiang hanyalah
“kehadiran saya di lab, benar-benar tidak berarti apa-apa, saya hanya parasite untuk aktivitas mereka.”
“saya malu, bagaimana tidak karena saya telah berkata sesuatu yang tak seharusnya, saya malu”
“bagaimana, kalau suatu saat mereka akan mengungkit itu?, mengungkit kalimat yang pernah saya katakan?”
“mau saya taruh di mana wajah saya?, sekali lagi saya malu, sangat malu”
Hari Selasa, tanggal 10 Februari 2015, hari pertama saya menginjakkan kaki di kampus dalam rangka mengurus KRS semester baru.
Tahukah pertama kali tiba di kampus, mataku melirik ke lantai 3, hati saya bertanya banyak hal.
“bagaimana rumahku di atas sana?”
“ada apa gerangan di atas?”
“apa kabarnya mereka?”
“apa keluarga-keluargaku sehat-sehat saja di atas sana?”
“tak adakah yang mencariku?”
Ah pertanyaan terakhir membuatku terhentak dari lamunan di parkiran. Apa pentingnya saya?.
Saya ke kampus dengan pikiran yang sama sekali belum niat naik ke lab. Walau seorang kakak sudah mengajak saya menginjakkan kaki di lantai 3 itu, keputusanku masih juga belum berubah dan keesokan harinya saya di kampus mulai pukul 8 menunggu tanda tangan PA. hari itu saya memberanikan diri naik ke lab dengan menghilangkan rasa malu. Membuang jauh-jauh rasa malu dan berharap tidak ada yang membahas hal itu. berharap tak ada orang yang membahas hal itu.
“Ya Allah jangan sampai ada yang membahas kalimat bodoh yang pernah saya ucapkan”
“Ya Allah saya buang rasa malu ini demi cinta dan rasa sayangku pada tempat yang bisa membuat saya benar-benar bisa bernafas dengan leganya”
“Ya Allah harus seperti apa saya ketika ada orang yang membahasnya?”
Saya selalu berdo’a semoga mereka semua lupa atau kalau tidak bisa lupa maka sembunykanlah. Pura-puralah tidak pernah tahu dan tidak pernah mendengar perkataan itu.
Hari-hariku berjalan dengan lancar dan tidak ada yang membahas hal demikian, saya mulai merasa tenang dan senang. Walau saya masih tetap waspada pada orang yang benar-benar sudah sangat saya benci. (Astagfirullah). Tapi benar hatiku benar-benar tidak dapat berpura-pura baik. Semua yang saya katakan selalu salah dan nyaris tidak pernah benar. Suaranya, sangat terdengar bising di telinga saya. Dan 2 minggu, hanya dua minggu saya baik-baik saja di rumah saya itu (lab). Hanya dua minggu semuanya bertahan.

Kamis, 05 Maret 2015

Udara #2



Assalamualaikum
#part_4 ketika kesedihan menghampiri

Di kenyataan hidup ini, tak selamanya indah, tak selamanya kebahagiaan selalu mendominasi terkadang dalam proses menuju kebahagiaan ada sedikit cerita kesedihan. Dan saya akan menceritakan tentang cerita kesedhan saya hingga mengambil kesimpulan yang saya sangat sesali.
Sejak satu persatu anggota keluarga seolah sudah tak nyaman lagi di rumah dan enggan melangkahkan kaki menuju rumah kedua setelah kos, rasanya sangat sepi, sunyi dan yang ada saling menyalahkan. Semua terasa hilang sejak beberapa akhir ini. Bosan, mulai menghampiri saya dan seolah juga mau melakukan sama dengan yang mereka lakukan. Sudah berulang kali ingin saya lakukan seperti apa yg mereka lakukan. Datang kalau lagi mau datang atau datang kalau lagi ada butuh atau datang kalau lagi ada fo. Pernah saya ingin lakukan itu, tapi apa?? hatiku, benakku, bahkan kakikku semuanya menolak kputusanku itu... HATIKU MERINDU pada RUMAHKU (lab) semakin saya brusaha lari dari sana semakin sakit hati saya. itu smua perasaanku. Tapi bagaimana kalau kini kehadiranku malah menjadi masalah untuk orang lain. Mungkin hanya satu orang yang mengungkapkannya, mungkin masih ada lagi tapi mereka tak punya cukup keberanian untuk mengungkapkan kata-kata yang sangat menyakitkan itu.
Saya suka percandaan.
Saya suka sekali.
Rasa-rasanya hambar kalau dalam sehari tidak dibully.
Rasa-rasanya hambar kalau dalam sehari tak ada tawa.
Tapi ingat percandaan itu paling tidak seru kalau disertai wajah serius dan kelewatan.
Tapi saya yakin hari itu bukan percandaan saat terlontar kata yang sangat menyakitkan dari orang yg tak saya sangka. Dari orang yang selama ini saya kenal baik. Kata-katanya yang terlontar mengungkapkan makna bahwa kehadiran saya di lab telah mengusiknya.
Rasa peduli, khawatir keadaan lab dan rasa bahagia di lab seolah pergi tanpa meninggalkan jejak. Saya datang hanya untuk mampir tidak lagi peduli dengan apapun. Rumahku semakin terlhat tua dan sunyi tanpa penghuni yang jelas. Rasa iba itu ada, tapi emosi benar-benar menguasai sehingga saya tak mampu berbuat apa-apa. Ekspresi waja benar-benar menggambarkan keadaan hati. Adakah yang peduli pada saya waktu itu?. tidak ada. Bahkan mereka teman dekatku sekalipun. Itu yang membuat saya semakin bertingkah kekanak-kanakan. Hingga muncullah kalimat dari pikiran pendek seorang yang sangat kekanak-kanakan.
“saya mau keluar dari lab”.
“di lab tidak ada pemecatan, yang ada orang mengeluarkan dirinya sendiri”
Saya ungkap di depan beberapa teman. Dan salah seorang menanggapi,
“di lab memang tidak ada pemecatan dan kalau mau keluar, tidak usah naik lagi.”
Waooww saya kaget bukan main. Bukan itu yang saya harapkan dari kata-kata kalian. Saya berharap kalian meredam emosi saya dan memarahi saya telah mengeluarkan kalimat bodoh yang sangat bodoh. Tapi, semua sudah terlanjur, apalagi yang harus saya lakukan kalau tidak mau malu maka saya harus benar-benar merealisasikan semua perkataan itu. Sehari berjlan lancar walaupun jujur melihat mereka naik tangga rasa-rasanya juga mau menginjakkan kaki di lantai 3. Tiba-tiba ada informasi bahwa mulai hari selasa itu ada ujian dari dosen di lab. Apa yang harus saya lakukan?. Saya sudah cukup malu menginjakan kaki di lab, malu sekali seperti tidak berhak. Seseorang menghampiri saya melalui dunia maya dan mengutarakan kekecewaannya karena saya mengambil tindakan yang sangat kekanak-kanakan itu. tentang apa yang pernah saya katakan untuk mencegah orang-orang yang pernah mau mengundurkan diri. Dia mengatakan, datang saja!. Toh orang-orang di sini tak ada yang peduli. Hanya segelintir orang yang menanyakan keberadaanmu dan kemudian beraktivitas seolah tidak terjadi apa-apa. Sakit rasanya.
Maafkan saya untuk semua orang yang merasa sedih dengan perkataan bodoh yang pernah terungkap itu. maafkan saya. Saya benar-benar tidak dapat berpikir jernih saat itu.

Udara #1


Assalamualaikum
Part 3_Perekrutan Anggota baru dan perubahan perlahan menghampiri

Akhir bulan Mei 2014 hingga Juni diadakan Perekrutan anggota baru, di sana saya belajar banyak hal tentang sebuah organisasi. 
Selamat datang untuk peserta magang baru di labkommat. 
Statusku masih peserta magang saat itu karena status itu harus disandang selama setahun baru menjadi Asisten. Teman-teman dan adik-adik yang akan menjadi keluarga baru kami. Dan sebagian yang lain akan segera pergi menimbah ilmu di tempat selanjutnya dan juga kakak-kakak 2011 akan pergi KKN. Yang ada hanya peserta magang. Ya semua peserta magang. Merawat rumah tanpa petuah-petuah kami. Kami senang dan menjalankan amanah dengan baik. Saya diberi tanggung jawab mengurus divisi FO. 
Pekerjaan-pekerjaan baru mulai saya geluti. Saya sangat senang namun beberapa dari mereka teman dekat saya komplen terhadap aktivitas saya yang benar-benar sibuk. Mereka mengatakan, semua hidupmu seolah diabdikan untuk lab. Tidak. Tidak seperti itu. saya hanya ingin mencari diri saya yang sebenarnya, mencar posisi ternyaman agar mudah berkonsentrasi menata kehidupan ini. Saya tidak lagi ingin menjadi orang masa bodoh, acuh tak acuh seperti dulu. Dan lihatlah perubahan yang perlahan-lahan. Saya punya semangat dan Alhamdulillah IPK saya yang dulu sangat standar sedikit demi sedikit naik walau belum mencapai perubahan yang sangart besar. Lihatlah saya yang sudah bisa berkomunikasi baik pada mereka yang baru saya kenal. Lihatlah saya yang sudah sedikit demi sedikit merasa bersalah terhadap apa yang saya lakukan setiap hari. Peluang penyesalan yang semakin sempit karena saya merasa tidak lagi membuang waktu karena telah memanfaatkan waktu untuk belajar banyak hal. Dan hati saya benar-benar senang dengan semua aktivitas ini.

Sabtu, 28 Februari 2015

Udara #1



 Assalamualaikum
# Part 2_Hari Penyambutan-Udara semakin segar

Sejak saat saya berkomitmen untuk menjadi orang yang rajin ke lab dan tidak lagi akan mengingkarnya, hari-hari saya saya habiskan di lab selama seminggu dari pagi hingga magrib. Lab sudah menjadi rumah kedua untuk saya di perantauan ini. Langkah kaki untuk berjalan menaiki tangga hingga lantai 3 semakin terasa ringan karena hati yang saya bawa mulai merasa senang dengan rumah baru saya dan juga keluarga baru saya . Di keluarga itu saya benar-benar merasa orang paling beruntung yang punya kakak-kakak yang baik dan teman-teman yang ramah dan juga senyuman-senyuman mereka, tawa-tawa mereka yang selalu menyejukkan pandangan mata.
Masalah selalu menjadi sahabat terbaik yang saya punya, tetapi semua masalah itu seolah menjauh ketika berada di lantai 3 jurusan matematika itu. Entah mengapa udara yang begitu segar menentramkan hati, sungguh benar-benar terasa nyaman. Haaa… saya benar-benar jatuh cinta dengan rutinitas baru saya. Bagaimana tidak, saya yang sejak awal masuk di jurusan ini sebagai mahasiswa baru yang sama sekali tidak punya semangat karena telah gagal masuk di berbagai kampus impian saya. Seolah terdampar dan tak punya semangat belajar. Namun, tempat itu benar-benar memberi saya ketenangan. Rasa-rasanya hambar kalau ke kampus dan tak menginjakkan kaki di lantai 3 itu. Rumah dan keluarga baru saya, betapa saya menyayangi kalian. 



Sekitar pertengahan bulan dua tahun 2014 lalu, acara liburan penyambutan Peserta Magang. Begitu senangnya karena kami peserta magang dari berbagai kelas yang sebelumnya tidak begitu kenal menjadi semakin akrab dengan satu malam bersama mereka memasak dan menyiapkan acara penyambutan. Senang sekali, bahkan kakak-kakak juga turut membantu dan masak-masak itu di adakan di kos saya. Dengan kamar yang sempit masih juga sanggup memuat sekitar 8 orang di tambah makanan yang tersusun rapi dan selantai dengan tempat tidur kami. Kebahagiaan itu tak akan terlupakan. Kalian keluarga saya, saudara-saudara saya di sini. Semoga senyuman itu tak punya batas, semoga kebahagiaan ini tak punya batas. Saya menyayangi kalian keluarga saya.
Di lab saya belajar banyak hal, menghargai waktu, itu pembelajaran utama. Menyaksikan semangat-semangat mereka yang sangat luar biasa mmbuat saya juga semakin bersemangat. Ya Allah terimakasih telah memberi tempat yang indah buat saya. Mempelajarai banyak hal tentang computer khususnya software, sangat luar biasa, mereka terlihat biasa tetapi mereka sangat luar biasa, luar biasa. Hingga muncullah keinginan-keinginan ini itu dalam benak saya. Saya ingin mempelajari ini, saya ingin mempelajari itu, sangat banyak hal yang ingin saya pelajari. Saya mulai menjalin persahabatan dengan software-software yang dulunya sangat asing dan kini sudah menjadi teman setia lebih dari sekedar sahabat karena semakin mengenalinya semakin ingin mempelajarinya lebih dalam. 
Terima kasih telah menyambut kam sebagai peserta magang. Menyambut kami sebagai pendatang baru di keluarga besar Labkommat. Terimaksih semuanya, mengajari saya banyak hal yang selalu membuat saya senang dan bahagia.