Assalamualaikum
#part_4 ketika kesedihan menghampiri
Di kenyataan hidup ini,
tak selamanya indah, tak selamanya kebahagiaan selalu mendominasi terkadang
dalam proses menuju kebahagiaan ada sedikit cerita kesedihan. Dan saya akan
menceritakan tentang cerita kesedhan saya hingga mengambil kesimpulan yang saya
sangat sesali.
Sejak
satu persatu anggota keluarga seolah sudah tak nyaman lagi di rumah dan enggan
melangkahkan kaki menuju rumah kedua setelah kos, rasanya sangat sepi, sunyi
dan yang ada saling menyalahkan. Semua terasa hilang sejak beberapa akhir ini.
Bosan, mulai menghampiri saya dan seolah juga mau melakukan sama dengan yang
mereka lakukan. Sudah berulang kali ingin saya lakukan seperti apa yg mereka
lakukan. Datang kalau lagi mau datang atau datang kalau lagi ada butuh atau
datang kalau lagi ada fo. Pernah saya ingin lakukan itu, tapi apa?? hatiku,
benakku, bahkan kakikku semuanya menolak kputusanku itu... HATIKU MERINDU pada
RUMAHKU (lab) semakin saya brusaha lari dari sana semakin sakit hati saya. itu
smua perasaanku. Tapi bagaimana kalau kini kehadiranku malah menjadi masalah
untuk orang lain. Mungkin hanya satu orang yang mengungkapkannya, mungkin masih
ada lagi tapi mereka tak punya cukup keberanian untuk mengungkapkan kata-kata
yang sangat menyakitkan itu.
Saya suka percandaan.
Saya suka sekali.
Rasa-rasanya hambar kalau dalam sehari tidak dibully.
Rasa-rasanya hambar kalau dalam sehari tak ada tawa.
Tapi ingat percandaan itu paling tidak seru kalau disertai
wajah serius dan kelewatan.
Tapi saya yakin hari itu bukan percandaan saat terlontar kata
yang sangat menyakitkan dari orang yg tak saya sangka. Dari orang yang selama
ini saya kenal baik. Kata-katanya yang terlontar mengungkapkan makna bahwa
kehadiran saya di lab telah mengusiknya.
Rasa peduli, khawatir keadaan lab dan rasa bahagia di lab
seolah pergi tanpa meninggalkan jejak. Saya datang hanya untuk mampir tidak
lagi peduli dengan apapun. Rumahku semakin terlhat tua dan sunyi tanpa penghuni
yang jelas. Rasa iba itu ada, tapi emosi benar-benar menguasai sehingga saya
tak mampu berbuat apa-apa. Ekspresi waja benar-benar menggambarkan keadaan
hati. Adakah yang peduli pada saya waktu itu?. tidak ada. Bahkan mereka teman
dekatku sekalipun. Itu yang membuat saya semakin bertingkah kekanak-kanakan.
Hingga muncullah kalimat dari pikiran pendek seorang yang sangat kekanak-kanakan.
“saya mau keluar dari lab”.
“di lab tidak ada pemecatan, yang ada orang mengeluarkan
dirinya sendiri”
Saya ungkap di depan beberapa teman. Dan salah seorang
menanggapi,
“di lab memang tidak ada pemecatan dan kalau mau keluar,
tidak usah naik lagi.”
Waooww saya kaget bukan main. Bukan itu yang saya harapkan
dari kata-kata kalian. Saya berharap kalian meredam emosi saya dan memarahi
saya telah mengeluarkan kalimat bodoh yang sangat bodoh. Tapi, semua sudah
terlanjur, apalagi yang harus saya lakukan kalau tidak mau malu maka saya harus
benar-benar merealisasikan semua perkataan itu. Sehari berjlan lancar walaupun
jujur melihat mereka naik tangga rasa-rasanya juga mau menginjakkan kaki di
lantai 3. Tiba-tiba ada informasi bahwa mulai hari selasa itu ada ujian dari
dosen di lab. Apa yang harus saya lakukan?. Saya sudah cukup malu menginjakan
kaki di lab, malu sekali seperti tidak berhak. Seseorang menghampiri saya
melalui dunia maya dan mengutarakan kekecewaannya karena saya mengambil
tindakan yang sangat kekanak-kanakan itu. tentang apa yang pernah saya katakan
untuk mencegah orang-orang yang pernah mau mengundurkan diri. Dia mengatakan,
datang saja!. Toh orang-orang di sini tak ada yang peduli. Hanya segelintir
orang yang menanyakan keberadaanmu dan kemudian beraktivitas seolah tidak
terjadi apa-apa. Sakit rasanya.
Maafkan saya untuk semua orang yang merasa sedih dengan
perkataan bodoh yang pernah terungkap itu. maafkan saya. Saya benar-benar tidak
dapat berpikir jernih saat itu.