Assalamualaikum
Ini kisah perjalanan seorang anak manusia
mencari ketenangan dan oksigen yang menyegarkan.
#Part 1_Bertemu dengan kesenangan baru
Bermula saat pertama kali mendaftarkan diri menjadi
seorang asisten labkom di kampus, pertanyaan kekhawatiran terus dan terus mendera
setiap langkah menuju ruangan tes itu. Hei anak muda.. pantaskah? Bisakah? Dan
yakinkah kamu mau masuk ke sana? Sepertinya kepercayaan dirimu akut. Di sisi
lain juga ada jawaban yang menantang setiap pertanyaan yang timbul. Ia, saya
bisa, saya sudah minta restu sama A’ba, saya yakin bisa melalui tes ini dan
menjadi bagian dari mereka. Di setiap jeda tes, ketika kekhawatiran benar-benar
menghampiri yang saya cari adalah handphone, saya ingin minta restu, minta di
do’akan yang terbaik pada A’ba. Dari suara A’ba yang tertangkap oleh alat
pendengar saya, A’ba sangat yakin, sangat
yakin sama saya, entah dari mana asalnya keyakinan itu. Terima kasih A’ba,
sudah begitu percaya sama saya. Semua tes berjalan dengan baik. Hasilnya Allah
yang menentukan. Sekali lagi, bibir saya masih sama, masih bergetar dan mengatakan
Ya Allah, beri hamba yang terbaik.
Informasi Pengumuman di subuh hari. Subuh
itu saya bangun dengan kabar gembira yang menghampiri. Saya lulus dalam
perekrutan Asisten lab. Sebagai peserta magang. Kebahagiaan itu segera saya
sampaikan kepada A’ba dan mendengar suara bahagia karena apa yang yang ia
percaya dan yakini benar adanya. Terima kasih Ya Allah.
Saya lupa tanggal
berapa saya menuliskan ini.
Saya benar-benar senang bisa bergabung dengan
keluarga besar mereka, saya juga akan masuk sebagai anggota keluarga mereka.
Tentang Janji-janji yang saya ucapkan sebelumnya bahwa saya akan rajin dan
tepat waktu ke kampus, tidak seperti dulu yang begitu malas dan sering
terlambat. Sekarang saya punya semangat dan akan memenuhi janji-janji itu. Pagi
itu juga saya dan teman-teman lainnya yang juga lulus sebagai peserta magang baru harus berkumpul di lab jam 7 pagi. Benar,
saya semangat bukan main, benar-benar semangat, iya saya akan mengubah diri saya
yang malas, diri saya yang melalaikan tugas, diri saya yang nyaris hancur. Saya
berkomitmen pada diri saya sendiri. Bahwa di sini saya akan melakukan hal yang
terbaik.
Waktu berjalan, keterlambatan saya benar-benar
berkurang, kos menjadi tempat yang tidak begitu nyaman, udara-udara kampus
semakin segar terutama di lantai 3 itu. saya memulai segalanya dan mulai mengenal
satu per satu dari mereka keluarga baru saya. Saya memang sangat sulit
untuk berkomunikasi apalagi dengan mereka yang baru saja saya kenal.
Alhamdulillah berkat bimbingan teman yang selalu mendampingi saya, saya bisa berkomunikasi
dan mengakrabkan diri dengan mereka keluarga baru saya.
Masih enggan, masih
malu-malu itu yang saya rasakan tetapi mereka dengan begitu terbukanya
menyambut kehadran kami dengan hangat. Awalnya memang masih saja ada rasa malu
yang sedikit membuat masalah pada pekerjaan yang harus saya lakukan, tetapi
karena hari yang luar biasa yang baru saat itu saya temui dan tidak menyangka
bahwa senyuman yang tergambar selama ini tidak benar adanya karena di balik
senyuman itu ternyata tersembunyi luka yang tak dapat saya gambarkan. Tetapi,
begitu sangat luar biasanya hari itu karena luka-luka yang tersembunyi di balik
senyuman terobati dengan untaian kata dari seorang pemimpin yang bijak.
Masalah-masalah yang buntu dibuatkan jalan keluar agar tetap mengalir dan
terselesaikan sebagaimana mestinya.
Hari itu janji-janji yang pernah saya
ucapkan benar-benar sudah menyala-nyala untuk mengambil start dan tidak
menengok lagi ke belakang. Saya sudah berjanji dan ini komitmen yang kedua
kalinya yang InsyaAllah tidak lagi saya ingkari.
0 komentar:
Posting Komentar